Psikolog Sarankan Agar Tak Stalking Mantan di Medsos, Ini Alasannya
foto: bertha/GARASIhealth
Jakarta, Putus cinta dari pacar rasanya memang tidak enak, apalagi kalau menjadi pihak yang diputusin. Alhasil, tak jarang masih ada yang suka mantengin akun media sosial mantan. Jika demikian, bagaimana pendapat psikolog?
"Orang putus itu dampak yang dirasakan ada dua. Pertama distres secara emosi dan yang kedua adalah perilaku mengejar, yang bisa dikatakan dengan stalking," kata Sri Juwita Kusumawardhani MPsi atau yang akrab disapa Wita saat diwawancarai tim GARASIhealth.
"Distres emosi tuh maksudnya muncul emosi-emosi secara negatif, marah sedih, kecewa, putus asa, tidak berdaya," sambung Wita.
Dulu, kata Wita, berdasarkan pengalamannya, sebelum zaman serba canggih seperti saat ini, demi tahu kabar sang mantan, ada yang bela-bela mengejar mantan sampai rumah bahkan ke tempat kerja. Berbeda dengan kondisi sekarang, untuk menguntit mantan pacar, orang-orang tinggal ambil ponsel lalu buka Facebook, Instagram, atau Path sang mantan.
"Ada salah satu klienku, berusaha untuk cari jalan yang sama supaya bisa ketemu di jalan itu, dan itu berat banget sebenarnya buat dia. Ya aku bilang, itu menyakiti kamu sendiri," ujarnya.
Menurut Wita, saat seseorang stalking mantan pacar, itu hanya akan memperparah distres emosi. Jadi ketika sepakat untuk tidak bersama lagi, perlu memastikan apakah betul-betul ingin move on atau cari cara agar balikan lagi dengan sang mantan.
"Kalau stalking itu memperparah emosi-emosi negatif kita, hentikanlah. Manusia itu susah untuk tahu kapan ngomong stop sama dirinya sendiri. Harus belajar dan berlatih bilang stop 'udah saya capek, mau sampai kapan'," tutur Wita.
SUMBER: WWW.GARASIGAMING.COM